Minggu, 10 Juni 2012

Penyair Gelandangan

   


Salam Pagi Gelandangan

Disini..
Sebatang jalan tak asing di pagi ini
Dedaunan gugur di muka aspal yang kelabu
Sesaat sebelum semuanya memudar pandang
wajah masa depan seakan ditenggelami debu

Aah…
Setiap detak rasa dan ruang fikirku rusing
... Dalam arungan deru kenalpot ruas jalanan
Menatap diam dibawah jembatan istanaku
Ini daerah penemu pengalaman baik untukku

Oh Pagi…
Mentarimu masih malu menampakan diri
Aku berjalan..Menempuh kegelapan ini
Ditengah-tengah penderitaanku nan sedih
Selalu saja ku temui kegagalan meratapi

Hemm..
Mungkin pagi telah enggan menebar rejekiku
Pesonanya angkuh menebar di titik2 fana dunia
Alampun jenuh,ku arungi tajamnya krikil kehidupan
Dengan, aku selalu memikul perut yang keroncongan

Salam pagiku…
Akulah Gelandangan bersarang di jalanan



= Patah Hati 2 =

Buliran bening slalu mengalir
ku ingat dirimu slalu
tertanam dalam jantung hati..

Kau adalah kesendirianku
kau nyata bagiku
tapi sosokmu tersamarkan
oleh semua kesedihan yang mengharu di dalam hati..
...
Rasa ini menyakitkan
hati tak terbentuk, remuk redam
ringan dan terabaikan olehmu..

Hanyalah sampah
yang takkan pernah bisa kau ubah menjadi benda mewah
seperti harapanmu...

Karena...
Aku tak pernah ada di hatimu yang berkarat oleh cintanya
hatimu yang buta terhadapku..

Maafkan aku karena aku harus pergi meninggalkanmu
meninggalkan hatimu yang terlalu indah untukku..
Ku pergi karena aku sayang kamu
dan karena Ia menyayangimu...
  

*** Cerita Mata pada Hati ***

mata ini bercerita pada hati
tentang hidup seorang janda miskin
yang selalu masuk keluar lorong
menelusuri gang-gang sempit..

mengetuk pintu demi pintu
di setiap pagi hingga petang
jajakan sagu di atas dulang..
...
melangkah tiada beralas kaki
di atas beribu kerikil yang menghampar
di sepanjang jalan hidupnya..

kadang pulang membawa berkah
kadang juga menenteng hampa
tapi tak pernah ada kecewa
memancar dari wajahnya..

mata ini juga bercerita pada hati
tentang nasib anak-anaknya
yang menanti tak pasti datangnya sesuap nasi
bersama petang yang menuntun pulang ibunya..

mata ini kemudiann bertanya pada hati
Adakah yang bisa berbagi..?

*** Membencimu ***

darahku mengalir begitu cepat
kepalaku berdenyut-denyut
lambungku terasa perih
setiap aku melihat dirimu
tak mampu kuredam emosiku

ingin aku memakimu
berteriak-teriak didepan semua org
... membongkar semua keburukanmu
memaparkan semua kebohonganmu

pedih….perih
terasa jelas setiap waktu
semua krn perbuatanmu
kau goreskan luka yg tak kan pernah terobati
kau sisakan rasa yang tak akan terhapus

tak ada kata maaf buatmu
tak ada istilah melupakan
dalam setiap aliran darahku
telah mengalir satu keinginan
“menyakitimu”

kau yang telah memulai permainan ini
maka tak akan berakhir
hingga salah satu diantara kita
terkapar hingga tak berdaya....

Jeritan Anak Bangsa

Hey insan bergelimang harta
Pandang kami sebagai manusia
Walau jalan darah yg penuh nana
Bagi kami itulah surga taman bunga

Hey Orang kaya….!!
Perih hinaan keras hidup dunia
Kami jalankan denga suka relah
... Dalam duka,kamipun bercita-cita
Demi kebahagiaan anak- cucu bangsa

Hemms… !!
Tuhan,..kami sandarkan dewa cita kasih
Berangan menggapai mimpi dalam seni
Dengan akal jernih yg engkau beri
Disini kami bernyanyi dlam sandaran hati

Jutaan karya mulai terpatri dinegeri
Antusias masyarakat menjungjung tinggi
Dengan gemilangnya karya seni kami
Namun sikaya raya tak ambil peduli

Hemm…..!!.
Bangsa2…….!!.
 

= Dendamku =

Bukan salahku kalau kebencian itu tumbuh di hatiku
bukan salahku juga kalau dendam harus ku pupuk

dan akan slamanya ku biarkan tumbuh dan berakar di hatiku
dan akan ku nikmati sakit itu hingga ke akarnya...

Pernah ku torehkan luka dan sakit untukmu
dan kaupun tidak pernah menyadarinya..
...
Aku sadar kau menyayangiku
tapi itu bukan alasan yang kuat
untuk aku tidak pergi dari hidupmu...

Aku benci keegoisan dirimu
aku muak dengan keangkuhanmu
apa kau ingat perkataanmu dulu untukku...?
" Untuk apa bertahan dalam badai.,? "
kalimat itu akan ku wujudkan saat ini..
Hanya untukmu..

=Aku Jenuh=

Jenuh bagaikan dalam sangkar
terdiam membisu tanpa suara
dan tak bisa berbuat apa-apa.

Robot...
Itulah yang ku rasakan
hidup terikat dengan peraturan
ini tak boleh itu tak boleh..
...
Ingin ku berlari ke hutan
dan teriak sekeras mungkin
namun ku tau itu tak mungkin
karena tidak ada hutan di kota ini..

Ingin ku bunuh tapi siapa...?
Dan kenapa ku harus lakukan itu..?
Mengapa aku ini..?
Kebinggungan slalu datang menghampiri..

Ingin ku cerita
tapi dengan siapa...?
Tak ada seorangpun di sini
hanya ruang kosong tanpa penghuni
oh Tuhan apa yang harus ku lakukan..?
Berilah aku cahaya terang
biar gelapku hilang
dan terang datang menghampiri...
 

=Titik tak Berawan=

Hidupku kelam...
Gelap gulita adalah pewarna
dalam suasana yang tak pernah dapat tergambarkan..

Bagai malam-malam tanpa sinar bulan
semua berjalan tanpa ada yang meramaikan..

... Sepi hidup ini lebih sepi dari sepi dari seorang Yatim yang baru di tinggal mati oleh kedua Ortunya..

Tak ada yang menemani
semua bagai Ilusi hampa malam buta
penghias dalam fatamorgana tanpa cahaya...

Namun aku Cuek aja
Acuh seolah yatim yang menghadapi hidup dengan hati baja..

Sembari berharap suatu saat
mentari terang mewarnai indah
dalam kegelapan jalan yang ku tempuh....

Bullshitt...
Ini imposible...
Karena aku tetap saja sendiri
mati sudah harapan itu
terkubur dalam mimpi
namun berbisik dalam kenyataan yang tertunda...
    

MEMORY YANG TAK TERGANTI

Membuka kembali buku-buku cerita bersamanya
malam berhenti menawarkan sunyi di kamarku
goresan-goresan abjad di buku diary sepertinya bersuara
paparkan babak demi babak peristiwa

gambar hati yang membingkai ditiap halaman,
masih merah menyaga
...
biru mega pun tampak nyala menjadi background di tiap lembarannya

waktu itu ku guratkan mata pena hanya dengan cinta
rindunya belum tiba dalam rasa..

Tapi kini aku membacanya dengan hampa
mata pun acap pecah berkaca
sebab getah rindu melengketkan kalbu pada pembaringan terakhirmu


Duhai sang Waktu..
Kau merubah debu menjadi batu
atau biji-biji menjadi pohon tinggi
tapi kenapa hanya dia pengisi sanubari?
Sedang pusaranya telah merupa tangkal-tangkal kamboja putih
  

ASA YANG TERBURAI

ya Allah batin ku menangis
batin ku menjerit
menyaksik kan kepapahan ini
aku tak sanggup membayang kan
duh Gusti pangeran..
rasa tak sanggup diri ini
menyaksikan nasib anak jalanan

... bocah kecil yang belum saat nya
terjun ke galanggang kerasnya dunia
untuk sekedar uang receh
ia terlalu lemah untuk bertarung
dengan manusia_manusia lapar dan serakah

perlahan tanpa terasa
ujung kelopak mata ku mulai basah
dan titik_titik bulir bening
tak dapat ku seka
mulai menderai terlepas dari mata

ku berdiri menghampirinya
ia yang masih berada
dengan kicik dan lagunya
dalam perjalana bis antar kota
hidup mu tegar
walau sebagai anak pengamen jalanan
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar